Next Bupati Lombok Tengah

Senin, 05 Juli 2010

Konsep pembangunan berkelanjutan diatas tentunya tidak berjalan dengan idealnya, pada hakikatnya yang terjadi saat ini adalah bentuk lain dari konsep pembangunan yang telah ada yang tetap saja mempertahankan ekonomi sebagai tujuan utama. Setidaknya konsep pembangunan berkelanjutan menjadikan sakralnya pembangunan dan kondisi lingkungan tetap berada di bawahnya, yang kuat yang menang dan yang lemah menjadi korban, inilah yang menjadi gambaran singkat prisnp-prinsip pembangunan yang ada, ada dua hal yang dapat terlihat dari tragedy pembangunan yang berkelanjutan ;
Pertama Munculnya rezim lingkungan baru : mempertegas legalitas ekspliotasi lingkungan (Pertumbuhan ekonomi menjadi prioritas) Kapitalisme global yang menurut William Gride dalam bukunya One World, Ready or Not, The manic Global Capitalism melontarkan bahwa sesuai dengan hakekat kapitalisme yang rakus, tidak pernah puas dan terus menguras kekayaan dunia dengan memanfaatkan kekuasaan yang mereka miliki terlebih lagi di sektor lingkungan yang menyediakan sumber daya alam yang menjadi bahan ekploitasi kaum kapitalis . Tindakan Eksploitasi yang dilakukan oleh kapitalis tidak dapat dibendung oleh kekuatan atau peran negara sendiri. Dan bahkan kepentingan nasional suatu negara kerap menjadi mengakomodir kepentingan kaum kapitalis. Kekuatan kapitalisme global telah menggiring negara kepada tindakan yang eksploitatif demi tujuan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus dikejar dan semakin baik tinggi tingkat ekonomi adalah sesuatu yang baik. Adanya kepentingan ekonomi inilah yang mendasari tindakan setiap negara seperti dalam konvensi perubahan iklim dunia menghasilkan beberapa keputusan yang sangatlah dangkal dalam prespektif etika lingkungan sekaligus mengurangi efektifitas dari keputusan yang diambil, dimana lingkungan atau alam menjadi sub-ordinasi dari ekonomi atau pembangunan lingkungan berada di bawah pembangunan ekonomi. Sangat dominannya negara maju yang memuat kepentingan pebisnis jangka pendek, telah menjadikan pembahasan perubahan iklim dunia tidak lepas akan nilai-nilai ekonomis.
Kedua munculnya ketergantungan: Ketergantungan dalam pembangunan seringkali berfokus pada penetrasi asing dalam masalah ekonomi politik di negara yang sedang berkembang. Hampir semua negara yang sedang berkembang mengalami penetrasi mendalam oleh negara maju dan cenderung tergantung khususnya pada negara-negara industri maju. Pola ketergantungan yang dulunya bersifat langsung antara negara sedang berkembang terhadap negara maju, perlahan-lahan mengalami perubahan dalam pola hubungannya. Dalam ketergantungan lama, pola hubungan yang terjadi adalah secara langsung antara negara sedang berkembang terhadap negara yang lebih maju dan tanpa ada instrument tertentu yang menjembataninya. Hal ini jauh berbeda dengan gagasan Dos Santos mengenai ketergantungan baru yang juga disebut sebagai ketergantungan industri-teknologi. Dalam ketergantungan baru ini pola hubungannya bersifat tidak langsung, yang artinya hubungan antara negara maju dan sedang berkembang dihubungkan oleh suatu instrumen, dalam hal ini adalah perusahaan multinasional (MNC) yang saat ini telah berhasil menguasai dunia dan meraih pengaruh atas berbagai urusan internasional .
Munculnya ketergantungan baru dalam pembangunan negara sedang berkembang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah penanam modal asing yang berinvestasi di negara sedang berkembang, serta semakin meningkatnya bantuan luar negeri yang berupa hutang yang diberikan oleh negara maju kepada negara sedang berkembang. Oleh sebab itu, 2 hal yang meliputi penanaman modal asing dan hutang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan yang semakin besar terhadap negara maju.
Hal lain lagi yang menjadi contoh agenda pembangunan yang beroreintasi terhadap ekonomi adalah Dengan ditetapkannya Millennium Development Goals sebagai program pembangunan baru di negara sedang berkembang sesungguhnya tujuan dibalik itu semua adalah untuk menciptakan suatu pola ketergantungan baru dalam pembangunan di negara sedang berkembang yang diantaranya adalah untuk memuluskan masuknya korporasi-korporasi multinasional melalui delapan tujuan MDGs serta untuk membuat hutang di negara sedang berkembang semakin membengkak. Selain itu secara tidak langsung MDGs merupakan program untuk memudahkan perusahaan-perusahaan multinasional dalam melakukan eksploitasi pembangunan di negara sedang berkembang. Kekayaan alam yang biasanya banyak dimiliki oleh negara sedang berkembang telah dieksploitasi oleh pelaku bisnis, dalam hal ini perusahaan multinasional. Misalnya Indonesia yang kaya akan minyak dan gas bumi saat ini cadangan migasnya semakin berkurang. Ladang-ladang baru terus dibuka dan di tenderkan pada perusahaan asing yang terus menerus menggerogoti sumber daya alam yang seharusnya dinikmati oleh rakyat .
Dengan dua analisa diatas setidaknya memberikan gamabaran atas tragedi yang berlanjut dari konsep pembangunan yang selama ini dikultuskan di beberapa negara dengan berbagai macam model dan kamufalsenya telah mampu merubah cara hidup yang destruktif khusunya dalam permasalahan lingkungan saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar